Selasa, 25 April 2017

Magic Egypt

Part 9: The Wisdom Keeper



"Emissary on Earth am I of the Dweller,  fulfilling his commands so many might be lifted.
Now return I to the halls of Amenti, leaving behind me some of my wisdom. 
Preserve ye and keep ye the command of the Dweller:
Lift ever upwards your eyes toward the light."

("Utusanku di bumi adalah Sang Tercerah. Penuhi perintahnya maka banyak yang akan terangkat.
Sekarang Aku kembali ke Ruang Amenti, mewariskan sebagian kearifanku.
Lestarikan dan Jaga perintah dari Sang Tercerah: Angkatlah pandangan matamu ke atas kepada cahaya.")

(The Emerald Tablet of Thoth, Tablet I, The History of Thoth)



Edisi 2

Dianjurkan untuk membaca Part 8 terlebih dulu.


30 March 2017, Meeting With A Wisdom Keeper

Tour kami sudah selesai. Kami tiba di hotel dari Dashur pukul 4.30 sore. Shahrzad mengirimkan taksi untuk menjemput kami di hotel. Saya, Hilmy dan EC menyempatkan mandi sejenak. Pukul 5.00 kami sudah berada di dalam mobil menuju kediaman Sang Penjaga Kearifan (Wisdom Keeper), rumah mendiang Abd'el Hakim Awyan yang sekarang didiami oleh putera-puterinya, termasuk yang akan kami jumpai hari ini, Shahrzad Awyan.

Abd'el Hakim Awyan
Abd'el Hakim Awyan adalah seorang Penyembuh (The Healer), mewarisi ilmu penyembuhan holistic yang sangat kuno, diturunkan dari generasi ke generasi. Ia adalah keturunan asli bangsa Khemit yang menjadi cikal bakal bangsa Mesir Kuno. Sebagian dari bangsa Khemit kemudian mengemban tugas menjaga kelestarian pengetahuan dan kearifan bangsa Mesir Kuno melalui tradisi lisan secara turun-temurun (Wisdom Keeper). Mereka mendiami suatu wilayah di tepian Barat sungai Nil yang dikenal sebagai The Band of Peace. Abd'el Hakim Awyan sudah westing (wafat) pada tahun 2008 lalu. Ilmunya diturunkan kepada anak-anaknya, salah seorang diantaranya adalah Shahrzad Awyan.

Rumah Shahrzad atau Shahira, begitulah ia dipanggil, tidak jauh dari hotel kami, sangat dekat dengan kompleks Piramid Giza dan patung besar Sphinx. Saya duduk di muka di samping supir. Mobil berbelok-belok memasuki jalan kampung yang sempit namun ramai oleh pejalan kaki, pedagang, bahkan kuda dan keledai. Aroma hewan-hewan itu sudah menjadi keseharian penduduk perkampungan di Giza. Beberapa kali supir kami berbicara kepada pejalan kaki yang melintas, mungkin meminta untuk mempercepat langkah mereka agar kami bisa lewat.

Matahari tampak di belakang kami semakin turun menjelang senja. Udara sore yang nyaman diselingi tiupan angin sebagai pertanda penyambutan alam atas kedatangan kami. Tak lama kemudian mobil berhenti di tepi sebuah jalan. Di hadapan kami tampak sebuah rumah kecil tinggi hingga mencapai tiga lantai. Pada lantai dua terdapat beranda dan sosok besar wanita berjubah dengan sorban di kepala, tersenyum lebar dan melampaikan tangannya ke arah kami. Wajahnya tampak ceria dan sangat ramah. Saya keluar dari mobil dengan tidak memalingkan pandangan saya kepadanya. Matanya bulat besar bercahaya menyambut kami bagaikan menyambut keluarga sendiri. Ia berteriak agar kami segera masuk dan naik ke atas.

Inilah rumah dimana DR. Carmen Boulter menghabiskan waktunya selama 3 tahun penuh berguru langsung kepada Hakim Awyan. Ia kemudian membuat film-nya yang terkenal, The Pyramd Code. Di rumah ini pula Stephen Mehler medapatkan inspirasinya untuk menulis The Land of Osiris. Rumah ini adalah sebuah sekolah mysticism Mesir Kuno, ajaran tertua yang pernah ada di bumi. Rumah ini adalah sebuah Mystery School, The School of The Ancient Khemitian (Sekolah bangsa Khemit Kuno), begitu Shahira menyebutnya.

Kami menuju pintu depan rumahnya yang sudah dalam kondisi setengah terbuka. Seorang anak laki-laki berdiri di balik pintu tersenyum pada kami dan mengisyaratkan kami untuk masuk. Kami pun mengikuti si anak masuk kemudian menuju tangga. Di dalam kami menemui beberapa anak lainnya. Kami tersenyum kepada mereka sambil terus menaiki anak tangga. Lalu terdengar teriakan Shahira dari lantai atas meminta kami naik. Saya mempercepat langkah segera ingin bertemu.

Shahrzad Awyan (kiri) 
Saya tidak mungkin menceritakan seluruh kejadian, karena saya tidak bisa mewakili sahabat-sahaba saya menceritakan apa yang mereka alami masing-masing. Di tempat ini kami masing-masing mengalami pencerahan sendiri-sendiri. Saya hanya menceritakan apa yang saya alami saja. 

Shahira sudah berdiri di atas anak tangga dan langsung memeluk kami secara bergiliran. Kemudian Ia mengajak kami ke beranda dimana tadi sebelumnya ia melambaikan tangannya kepada kami. Sebuah tempat teristimewa. Sebuah akhir dan awal. Akhir dari perjalanan, sedangkan awal dari kelanjutan perjalanan berikutnya. Proses pembelajaran tanpa henti. Bertahun-tahun kereta api yang saya tumpangi berhenti di sini. Sebuah perhentian, sebuah Sanctum, sebelum kemudian bergerak kembali.

Di sini, adalah tempat kau mempertanyakan pertanyaan tertua bagi umat manusia. Pertanyaan mengenai asal-usul manusia, pertanyaan mengenai sejarah Tuhan dan Ketuhanan. Jika saya boleh mengadopsi judul karya Stephen Hawking, maka ini saya beri judul, A Brief History of God. Karena hanya di sinilah tempat jawaban itu dihadirkan ke hadapanmu dari mereka yang menjaga pengetahuan ini secara turun menurun sejak manusia pertama. Dan di tingkatan ini, tidak ada pertanyaan yang sia-sia. Jawaban yang kau terima akan menentukan apakah kau sudah berada di tempat yang sesuai untukmu atau tidak.

Kau akan benar-benar menemukan seorang guru yang sesuai untukmu bila kau mendapatkan jawaban yang sesuai untukmu. Dan di sini, kau sesunggunya sudah tahu jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu. Sang guru hanya akan mem-validasi-nya untukmu.

"A good question is better than a bad answer."
("Sebuah pertayaan yang bagus adalah lebih baik ketimbang jawaban yang buruk.")

(DR. Carmen Boulter, Cairo, Egypt, 2017)


Apa yang kau dengarkan di sekolah misteri ini bukanlah bagi mereka yang hidup dengan keterbatasan pikiran. Pikiran seorang manusia dibatasi oleh faktor-faktor yang ditanamkan ke dalam pikirannya sejak ia lahir, oleh orang tuanya, oleh lingkungan masyarakat, oleh sekolah, dan oleh agama. Mempelajari ilmu paling keramat dan tersembunyi di muka bumi, seseorang haruslah mengosongkan cangkir kehidupannya terlebih dulu. Ia harus benar-benar mengosongkan diri, berserah diri kepada apa yang akan diterimanya. Kemudian membiarkan pengetahuan itu meresap selama beberapa waktu, hingga datang padanya petunjuk yang akan menuntunnya kepada kesimpulan yang sesuai.

Sensasi adalah hambatan awal manusia dalam pembelajaran ilmu spiritual dan mysticism. Sebagian orang tertahan dalam sensasi. Kenikmatan, kebanggaan, ketakutan, adalah ilusi yang diciptakan / dimanifestasikan oleh pikirian mereka sendiri. Inilah tabir realita. Realita mereka adalah sensasi yang mereka rasakan.

Setelah sensasi, seorang akan terdorong untuk menganalisa, mengkaji, dan pada ujungnya menarik kesimpulan. Inilah yang disebut dengan persepsi, hambatan kedua yang sangat sulit dihindari. Persepsi adalah kesimpulan yang dibuat berdasarkan analisa atau kajian sementara (yang seringnya terbatas dan kurang lengkap), sehingga dirasa benar. Kebenaran sementara ini akan membentuk realita bagi dirinya sendiri, orang yang mendengar / menerimanya.

---------------

Kita coba gunakan analogi ikan. Seekor ikan yang sepanjang hidupnya berada di dalam air adalah hewan yang paling terakhir mengetahui mengenai keberadaan air itu sendiri. Ikan tidak akan tahu apa pun mengenai air. Baginya air adalah hal wajar yang tidak perlu dibahas dan tidak relevan dalam hal apa pun. Sampai suatu hari ia dikeluarkan dari dalam air ke suatu tempat yang terisi dengan zat lain bernama udara. Barulah ikan dapat mulai memahami keberadaan air.

Ikan kemudian mulai memahami perbedaan di antara air dan udara. Inilah kebangkitan kesadaran ikan terhadap sifat alamiah dari realitanya selama ini - air. Ia mulai mencapai kepahamannya akan perilaku air dimana ia hidup. Ia pun mencapai kepahaman mengenai sifat-sifat air dan memahami bahwa apa yang terjadi padanya di dalam air sangatlah dipengaruhi oleh sifat air itu sendiri dan bagaimana ia bereaksi terhadapnya. 

Ikan menyadari bahwa ia bereaksi berbeda bila ia berada di dalam udara. Reaksinya terhadap udara ditentukan oleh sifat-sifat udara itu sendiri. Air dan udara memiliki dua sifat yang khas. Reaksi ikan terhadap masing-masing zat itu pun berbeda. Reaksi ini adalah sensasi. Tanpa kesadaran akan sifat-sifat air, ikan tidak akan pernah memahami sensasi tersebut. Dan kesadarannya akan air timbul setelah ia sadar akan keberadaan udara.

---------------

Ada realita di atas realita. Tingkatan realita ini dapat dicapai dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Peningkatan kesadaran diawali dengan pencapaian keseimbangan dualitas kualitas manusia. Pencapaian kesadaran yang lebih tinggi akan membuat seseorang sadar akan sensasi yang terjadi di dalam realita di bawahnya dan ia akan berusaha untuk tidak terjebak di dalam sensasi tersebut.
Untuk apa? Agar ia dapat tetap berada di realita yang lebih tinggi.
Untuk apa? Agar ia dapat senantiasa terhubung / channeling dengan energi illahi yang lebih besar.
Untuk apa? Agar ia dapat mengendalikan persepsinya dan persepsi orang lain terhadapnya.
Untuk apa? Agar persepsinya atau persepsi orang lain tidak membentuk realitanya.
Untuk apa? Dengan realita yang tak terpolusi oleh persepsi, ia akan mampu naik ke realita dan kesadaran yang lebih tinggi lagi.
Untuk apa? Agar ia mencapai kepahaman sempurna akan seluruh realita, Seluruh alam, dan pada akhirnya, benar-benar mencapai kepahaman yang sempurna mengenai Tuhan.

Pencapaian Kepahaman illahi (Divine Knowing) bukan karena kepatuhan, bukan karena kau diwajibkan meyakininya, bukan pula kepahaman yang datang dari siapa pun di luar dirimu (eksternal). Melainkan kepahaman yang bangkit dari dalam diri (internal).

Secara perlahan, kau sadari atau tidak, secara alamiah kepahaman yang benar yang kau capai sepanjang waktu akan membukakan celah-celah cahaya yang berasal dari realita yang lebih tinggi. Celah itu semakin lama semakin luas. Semakin jelas. Dan cahaya yang masuk pun semakin terang dan nyata dirasakan. Cahaya yang masuk tersebut berwujudkan validasi di realita ini. Seoalahnya kau menerima undangan (invitation) untuk memasukinya. 

Kau penuhi undangan tersebut, kau dibawa ke suatu tempat yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya akan terjadi dalam hidupmu. Di sana kau menerima validasi itu. Validasi tersebut adalah sebentuk konfirmasi, pernyataan tegas bahwa kepahamanmu sudah benar!

Thoth menggunakan istilah "The Dweller" kepada siapa pun yang telah menerima sebentuk atau sebagian dari ilmu dan kearifan yang diwariskannya. Tidak ada sinonim yang sepadan dalam bahasa Inggris untuk menterjemahkan kata "Dweller" yang digunakan oleh Thoth, namun yang terdekat adalah; seseorang yang telah mencapai keseimbangan kesadarannya (keseimbangan dualitas kualitas manusia) dan terlepas dari kemelekatan duniawi (detachment). Saya memillih menggunakan istilah "Yang Tercerah" untuk memudahkan saya dalam menuliskannya.

Sang Yang Tercerah adalah seseorang yang telah diwarisi / mendapatkan kearifan illahi. Dulu, mereka inilah yang disebut Pendeta Tinggi dan High Level Initiates. Dan ia menerima validasi bahwa kepahaman yang telah dicapainya itu sudah benar adanya. Semuanya terjadi secara alamiah. Tanpa paksaan, tanpa persepsi, tanpa sensasi. Karena ia sudah hidup di atas sensasi, di atas persepsi, di atas dualitas, di atas perbedaan, di atas dogma.

Yang Tercerah kemudian secara alamiah akan mewariskan ilmu dan kearifannya pula kepada yang lainnya.

"I, Thoth, give of my wisdom, give of my knowledge, give of my power.
Freely I give to the children of men."

("Saya, Thoth, memberikan kearifanku, memberikan pengetahuanku, memberikan kekuatanku.
Bebas kuberikan kepada semua anak manusia.")

(The Emerald Tablet of Thoth, Tablet III, The Key of Wisdom)


Perjalanan hidup saya serasa terbuka semua di sini. Tidak ada suatu kejadian yang benar-benar terasa baru saja terjadi. Entah mengapa semua yang terjadi selama dua minggu ini bagai keteringatan. Bahwa semua ini sudah pernah terjadi. Tidak ada yang benar-benar baru.

Kau sibuk mempersiapkan suatu kejadian di masa depanmu, namun ketika kejadian itu terjadi, kau merasa mengingatnya.
Dan yang kau butuhkan sekarang adalah secercah cahaya yang menyelinap dari balik realitamu. Cahaya itu - yang kau dapatkan, adalah validasi.


"Unto thee, O man, have I given my knowledge.
Unto thee have I given of Light.
Hear ye now and receive my wisdom brought from space planes above and beyond."

("Ke atasmu, wahai manusia, telah kuberikan pengetahuanku. Ke atasmu telah kuberikan cahaya.
Dengarkanlah sekarang dan terimalah kearifanku yang datang dari ranah-ranah ruang di atas dan yang melebihinya.")

(The Emerald Tablet of Thoth, Tablet VIII, The Key of Mysteries)



Saya menerima pesan nyata saat di dalam The Great Pyramid. Kemudian lebih nyata lagi di Crystal Altar. Lalu mencapai kepahaman channeling yang sesungguhnya di Karnak. Ditambah validasi akan 7 alam realita. Masing-masing adalah kepingan puzzle terakhir pelangkap ribuan kepingan puzzle lain yang sudah terkumpul sepanjang 20 tahun perjalanan spiritual saya dan 10 tahun masa penulisan saya. Di sini saya diminta memasangkan kepingan-kepingan terakhir itu pada tempatnya.

Saya datang bertemu seorang Guru tanpa saya ceritakan apa pun padanya mengenai diri saya. Tetapi Sang Guru seperti sudah mengenal saya. Pandangannya menembus mata hingga ke dalam benak dan hati saya. Bagaikan buku yang selalu terkunci, Dia-lah kunci dari buku ini. ia membuka buku ini dan menuangkan isinya ke hadapan saya. Satu per satu rahasia terungkap. Saya melihat kepingan hati yang dipersatukan, menjadikan saya manusia yang seutuhnya dari dalam hingga ke luar. Dari non-fisik, hingga ke fisik.

Kemudian Shahira menceritakan satu kisah hidupnya yang sangat luar biasa yang merubah hidupnya dan menjadikannya Sang Penyembuh seperti sekarang ini. Kisah inilah bentuk validasi yang saya nantikan. Di penghujung tuturannya, saya hampir tidak dapat berdiri. Saya berpegangan erat pada pagar beranda agar tidak tersungkur jatuh. Air mata menitik perlahan. Beliau memandang saya, menepuk pundak saya seraya berkata, "Ya, kamu sudah benar."

Apa yang sudah benar? Bagaimana dia tahu?
Saya menatap dalam matanya dengan penuh tanda-tanya. Masih jelas terbayang di ingatan bagaimana sinar matanya yang terang benderang bertemu tatapan mata saya, Sekali lagi ia menepuk pundak saya dengan telapak tangannya yang panas (karena Shahira ternyata sudah selalu channeling menggunakan energi alam yang sangat besar sejak kami tiba di rumah ini) bagai disentuh panci hangat, dalam kewibawaan dan ketegasan suaranya, ia berkata, "Ya, kamu sudah benar!"

Hari itu saya diangkat olehnya ke sebuah tingkatan kesadaran yang selama ini belum terbuka, walaupun cahaya dari baliknya sudah masuk sejak dulu. Sang Guru membuka, menyobek, celah itu lebih lebar, bak bendungan yang runtuh, membiarkan cahaya terang itu menyerbu, tumpah masuk. Bagaikan disiram dengan air dingin, Balon-air terbesar sudah pecah membasahi saya.

Selama ini saya sudah tahu. Tidak ada hal baru yang terjadi di sini. 
Tetapi sekarang saya paham. Semua ke-tahu-an itu telah tervalidasi menjadi ke-paham-an.

All the Knows have become Knowings!


Saya memeluknya dengan sangat erat, tangis haru menyelimuti, sambil saya bisikkan terima kasih padanya. Rasa terima kasih yang tak berhingga. Syukur yang tiada batas. Kedamaian ini belum pernah saya rasakan sebelumnya. Inilah rasa jika semuanya sudah terdedahkan, terbuka, terhampar, tidak ada lagi selaput yang menghalangi cahaya itu. Inilah Revelation (pencerahan). Inilah Elevation (kenaikan). Inilah Liberation (pembebasan)!


"Lights around me, Lights inside me, I am the Light!"

("Cahaya di sekelilingku, Cahaya di dalam diriku, Akulah Cahaya!")

(Abd'el Hakim Awyan)


Sesaat kemudian, dua ekor burung berwarna putih dengan paruh runcing berwarna gelap terbang melintas dengan cepat sambil berteriak di dekat kami.
Tampak Shahira menarik nafas dalam-dalam dengan mata terpejam. Jelas terlihat bulir-bulir peluh di keningnya bermunculan. Saya memperhatikan peristiwa ini dengan rasa takjub sekaligus terkesima. Hampir saya berteriak, namun sudah didahului olenya.
ia menunjuk ke arah kedua burung itu sambil berseru, "Lihat!... Thoth!"

Saya kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang terjadi. Rasa yang saya alami. Bergetar, berdebar jantung, merinding sekujur tubuh, dan tangis haru. Ini adalah sensasi paling hebat yang belum pernah saya alami sebelumnya. Kesadaran saya mengingatkan akan jebakan sensasi, maka saya segera menarik nafas panjang seperti yang dilakukan Sang Maha Guru, agar saya terbebas dari belenggu sensasi itu, dan tidak membiarkan persepsi saya terjadi seketika.




Shahira memberikan nasihat - tiga prinsip pegangan hidup kepada kami;

No Promises.
Only loyal to yourself.
You don't owe anybody explanation.


Penjelasan:
1. No promises (Jangan berjanji).
Janganlah pernah berjanji sesuatu kepada siapa pun. Janji adalah belenggu. Saya berkata padanya bahwa janji juga termasuk rencana. Shahira membenarkan. Orang banyak menyusun rencana. Rencana A, kalau gagal, gunakan Rencana B. Kalau B gagal, gunakan Rencana C, dst. Ini sama saja dengan merencanakan kegagalan sendiri. Dan ini berarti kita menggunakan keterbatasan sempitnya pikiran di otak untuk memaksa alam berperilaku. Hal ini tidak alamiah. Yang alamiah adalah selalu ikuti kata hati. Karena hati mendengarkan apa yang disampaikan oleh alam ini, oleh Tuhan. Berencana lah bersama tuhan, Bergeraklah bersama Tuhan, dan Tentukan hasilnya bersama Tuhan. Kapan pun, dimana pun.   
2. Only loyal to yourself (Hanya setia pada dirimu sendiri).
Kita masing-masing dilahirkan unik dengan bakat dan passion masing-masing. Jangan biarkan pengaruh eksternal dari orang lain, dari orang tua, masyarakat, dogma, serta agama mendikte diri kita akan apa yang harus kita lakukan. Tanyakan pada diri sendiri mengenai potensi diri kita ini. kenali diri, lalu lakukan, bekerjalah, berkaryalah sesuai potensi diri kita itu. Setialah hanya pada dirimu, bukan pada orang lain. Kau bekerja untuk kepuasan dirimu sendiri, bukan untuk kepuasan orang lain. 
3. You don't owe anybody explanation (Kau tidak berhutang penjelasan kepada siapa pun).
Apa pun yang kita lakukan sesuai passion kita, kita lakukan untuk diri sendiri, bersama Tuhan. Kita tidak perlu menjelaskannya kepada orang lain.Jika kau sudah melakukan segala sesuatu bersama Tuhan, maka tidak ada manusia yang dapat mencegahmu.

Ketiga prinsip hidup di atas sudah saya ketahui sebelumnya dan sudah saya terapkan seluruhnya. Namun saya sangat bahagia karena Sang Guru mem-validasikannya untuk saya.





Pembacaku, 

Jika kau ingin mengetahui validasi apa yang saya terima - apa yang dimaksud Shahira atas ucapannya pada saya "Ya, kamu sudah benar!" itu, silakan tanyakan bila bertemu saya langsung. Hal ini akan menjadi awal dari pertanyaanmu untuk dirimu sendiri - untuk memulai atau melanjutkan perjalananmu.

Kebenaran itu sudah terungkap. Dengan sensasi terkendali, dan tanpa persepsi.
Bila realita adalah kanvas, maka energi dari niat adalah catnya. Siapakah yang berhak melukis pada realitamu? Adalah dirimu sendiri. Janganlah ada pengaruh eksternal apa pun melukiskan kanvasmu. Janganlah persepsi orang lain menentukan realitamu. Jangan jadikan realita siapa pun / apa pun sebagai realitamu.

Untuk menjaga agar realitamu tetap murni adalah dengan menyadarinya - yaitu dengan pencapaian kepahaman yang baik dan sempurna. Hidup di atas realita-mu sendiri. Hidup di atas persepsi, di atas dualitas, di atas benar-salah, di atas dogma.
Sekarang seharusnya kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan.


Warisanku adalah Kepahaman.






Saya termenung dan tersenyum mengingat semua tulisan saya sendiri. Shahira memandang kepada saya dengan senyuman pula. Sudah waktunya ilmu itu dibiarkan mengalir - diwarisi kepada yang lainnya.

"Aren't there enough signs already?" 
"Yes there are." 
"So what are you waiting for?"


Terima kasih wahai Guruku yang Agung.
Cinta Tuhan mengalir melaluimu, kepadaku,
dan kepada semua makhluk.
Aku bersama Tuhan kemanapun aku pergi.
Aku sudah memahami.
Aku akan kembali. 




"Wisdom is power and power is wisdom, one with each other, perfecting the whole."

("Kearifan adalah kekuatan dan kekuatan adalah Kearifan, Satu sama lain saling menyempurnakan.")

(Thoth)



Kami menikmati kebersamaan kami di atas beranda rumah, memandang Piramid Khafre dan Menkaure yang dijaga oleh Her-Em-Akhet - sang singa Heru yang perkasa, saksi dari muncul dan tenggelamnya peradaban masa lalu yang telah menanamkan energi kearifan besar mereka di negeri keramat ini, negeri dimana Tuhan Berwujud, Het Ka Ptah.

Pandangan saya tidak bergeser, saya sangat meresapi pemandangan yang terpampang di hadapan saya. Rasa syukur yang tak berhingga karena berada di sini. Perlahan matahari menghilang di ufuk barat. Sorotan cahaya mulai mewarnai kedua piramid dan Sphinx. Lampu-lampu jalan pun menyala merubah suasana perkampungan ini dalam sekejap.

Kami menghabiskan tegukan terakhir jus lemon dingin menyegarkan yang disajikan oleh Shahira, sambil menikmati dodol yang dibawakan dari Indonesia untuknya, juga balutan kain khas Indonesia di badannya sebagai persembahan dari kami.

Dengan berat hati, sekitar pukul 8 malam kami berpamitan pulang.

Saya akan kembali lagi ke sini.





Tambahan:

Dewa Kearifan dan Pengetahuan, Thoth atau Djehuty adalah tokoh yang selalu membayangi perjalanan saya. Dia muncul sejak awal saya mulai menulis. Dialah bentuk Archetypal Energy yang selalu saya lakukan channeling terhadapnya.

Saya mempelajari banyak mengenainya dan merasa takjub akan kisah dewa ini. Energi yang menyelimutinya sangat besar. Semakin lama, wujud ini semakin nyata dan muncul di mana-mana. Orang boleh saja mengira saya terobsesi padanya, tetapi saya tahu pasti apa yang sesungguhnya terjadi, dan saya biarkan ini terjadi. Saya sengaja memusatkan channeling saya khusus padanya.

Dialah yang menjadi benang merah peradaban kuno di bumi. Mulai dari peradaban mitos Atlantis, hingga ke peradaban bangsa Khemit, Mesir Kuno, Mesir Kuno, Yunani, Romawi dan Arab.
Bagi Yunani dia adalah dewa Hermes Trismegistus. Bagi Romawi dia adalah dewa Mercury.
Dia ada sejak awal seluruh alam semesta ini diciptakan.
Dia ada sebelum dan sesudah terjadinya banjir besar Nuh.
Dia ada di semua zaman dalam berbagai wujud.
Thoth pula yang menurunkan ajarannya yang kemudian mempengaruhi hampir (jika tidak semua) semua ajaran agama di muka bumi.

Thoth menurunkan pesan terakhirnya pada 12 Emerald Tablets.

Bagi bangsa Mesir, Thoth adalah dewa kearifan (wisdom), dewa pengetahuan (knowledge), sang pencatat (The Scribe), sang penyihir (The Magician). Thoth memiliki kota sendiri yang didedikasikan untuknya di Mesir, yaitu Hermopolis, yang artinya 'The City of Hermes' atau 'Kota Hermes'. Thoth di gambarkan dalam wujud manusia berkepala burung Ibis, atau sebagai burung ibis utuh, atau baboon. 

Dalam mitologi Mesir, dialah tokoh yang sangat berperan penting dalam mendamaikan perselisihan antara dewa. Dialah yang menambahkan 5 hari dalam setahun sehingga menjadi 365 hari. Dia yang membantu Isis menyatukan tubuh Osiris hingga Horus dapat dilahirkan oleh Isis. Dia kemudian yang membantu Horus merebut tahta kerajaan kembali dari Seth. Dia pula yang bernegosiasi dengan Ra agar tidak membinasakan seluruh umat manusia di bumi dalam banjir besar, serta meredam amukan Sekhmet. Dan masih banyak lagi.

Dialah bentuk energi pola dasar yang sangat besar, mungkin paling besar di antara lainnya. Terbentuk dari ribuan tahun pemusatan energi padanya.

Kita bisa membahas lebih mendalam mengenai Dewa yang satu ini di lain waktu. Jika anda mempelarinya secara seksama, anda akan paham mengapa Thoth adalah tokoh yang penting. Jika anda mendalami ilmu spiritual secara mendalam, anda mau tidak mau akan bertemu dengan tokoh ini!
Mengapa bisa begitu? Silakan anda temukan sendiri jawabannya.



31 March 2017, Homecoming

Kami menikmati kebersamaan terakhir kami, sarapan sambil ditemani pemandangan terindah - Piramid Besar di hadapan kami, sebelum kemudian berpisah kembali ke negara kami masing-masing.

DR. Carmen Boulter masih tinggal di Cairo hingga 4 hari kemudian karena ada pertemuan dengan wakil dari Kementrian Situs-Situs Kuno Mesir, mengenai rencana penggalian situs baru di Hawara.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, kami bertiga menuju bandara Internasional Cairo pukul 10.30 pagi, dan take-off, pukul 1.50 siang.

Perjalanan yang tak kan terlupakan.
Sahabat-sahabat baru yang penuh cinta-kasih. Kami masih menjalin hubungan sampai kini.
Memphis Tours - penyelengara tour terbaik. Strongly recommended!


Kami tiba di Jakarta tanggal 1 April.

Satu minggu kemudian ketika rangkaian artikel ini sedang saya tulis, saya menerima pencerahan besar. Terbesar yang pernah saya dapati.
Terlalu besar dan mistis, tidaklah akan saya tuliskan di sini.
Hanya bagi mereka yang mencarinya.

Namun saya tahu, itulah signal bahwa kereta api ini sudah mulai bergerak lagi.
Ini akan menjadi perjalanan saya selanjutnya.



Tamat


===============
Erianto Rachman


Sebagian Foto adalah hasil liputan dari Hilmy Hasanuddin.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih.. terimakasih
Salam