Minggu, 23 April 2017

Magic Egypt

Part 8: Shielded Mysteries



"Soon go I down to the Halls of Amenti to live beneath the cold flower of life. 
Ye whom I have taught shall nevermore see me.
Yet live I forever in the wisdom I taught."

("Tak lama lagi Aku akan turun ke Ruang Amenti untuk tinggal di bawah dinginnya bunga kehidupan. 
Siapa yang telah kuajarkan tidak akan melihatku lagi. 
Namun selamanya Aku tetap hidup di dalam kearifan yang telah Kuajarkan.") 

(The Emerald Tablet of Thoth, Tablet XI, The Key to Above and Below)




Edisi 1.5

Dianjurkan untuk membaca Part 7 terlebih dulu.


30 March 2017, Saqqara


Kami tiba di Cairo pada tanggal 29 Maret dan check-in di Mena House Hotel, senang rasanya bisa kembali ke sini, tetapi juga sedih karena kami sudah di penghujung tour kami. DR. Carmen  mungkin mengetahui bahwa tour seharusnya ditutup dengan satu petualangan lagi. Maka ia sudah mempersiapkan dua tempat lagi yang akan kami kunjungi. Saqqara dan Dashur.

Di sebelah kiri adalah peta dari wilayah kompleks Saqqara. Yang berwarna merah adalah lokasi yang kami kunjungi dalam tour ini. Saqqara adalah tempat yang sangat luas, tidak akan cukup satu hari menjelajahi semuanya. Saqqara termasuk lokasi bersejarah kelolaan UNESCO.

Saqqara adalah kompleks makam raja-raja dari Old, Middle, dan New Kingdom. Sebagian besar sudah banyak yang hancur karena gempa. Satu yang paling menonjol adalah piramid berundak milik raja Djoser (The Step Pyramid of Djoser). Piramid ini sebenarnya terdiri dari tumpukan mastaba.

Mastaba, dalam bahasa asli Mesir Kuno adalah Pr-Djt yang berarti House of Eternity (Rumah Kekekalan), adalah makam yang berbentuk balok dengan bagian atas datar, dan bagian sisi-sisinya miring mengecil ke atas. Bangunan ini untuk menandakan adanya maka di situ. Step Pyramid adalah mastaba bertumpuk, dibangun untuk makam Raja Djoser oleh penasehatnya, Imhotep. Djoser adalah raja pertama di Dinasti ke-3 (Old Kingdom)

Step Pyramid dikelilingi oleh tembok tinggi menyerupai benteng terbuat dari Tural Limestone, dan oleh trench, galian panjang, lebar, dan dalam dalam yang sampai kini tidak ada yang tahu untuk apa. Di sisi luar dari tembok terdapat struktur khusus yang menurut DR. Carmen Boulter dan Wisdom Keeper adalah untuk channeling energi serta penyembuhan.

Di dekat Step Pyramid terdapat Pyramid of Unas (Aslinya adalah "Nefer Isut Unas" yang berarti "Beautiful are the places of Unas"). Sayang sekali piramid ini sedang ditutup dan tidak boleh dikunjungi oleh turis. Unas ada seorang raja dari Dinasti ke-5 akhir. Di dalam piramid ini terdapat apa yang dikenal sebagai "The Pyramid Text", adalah satu dari prasasti hieroglyph tertua yang menyinggung nama Osiris. Prasasti ini mengisahkan mengenai kehidupan setelah mati, serta Osiris yang menguasai alam akhirat.

Setelah melewati Unas Piramid, kami mengunjungi tempat yang menurut saya sangat misterius, yaitu Serapeum. Serapeum adalah sebuah lorong-lorong atau terowongan di bawah tanah yang menjangkau area sangat luas, Menurut catatan mainstream, Serapeum adalah tempat penguburan (mumi) sapi, Apis Bulls, yang dipercaya sebagai reinkarnasi dari dewa Ptah. Namun jika anda melihat sendiri bagaimana sarcophagus raksasa itu, terbuat dari granit hitam solid yang sangat tebal dan berat mencapai ratusan ton, anda akan bertanya-tanya apakah tidak berlebihan mengubur sapi di dalam sarcophagus sebesar dan seberat itu?

Tidak hanya berat dan besar, Sarcophagus itu terpoles sangat licin, menandakan adanya suatu teknologi canggih dalam memotong dan membentuknya sedemikian rupa.

Kami hanya bisa menduga-duga, jika pun memang sarcophagus-sarcophagus besar itu digunakan untuk mengubur mumi sapi, maka pastilah ada maksud yang sangat penting dibalik itu. Menurut beberapa orang dari kami, suasana di dalam Serapeum lebih mirip pabrik ketimbang makam.



Kiri: Step Pyramid of Djoser. Tengah: Dinding yang mengelilingi piramid. Kanan: Trench



Serapeum


Setelah dari Serapeum kami mengunjungi salah satu dari makam yang ada di Saqqara, yaitu. makam Raja Teti (Aslinya: Djet Isut Teti) dari Dinasti ke-6. Makam ini istimewa karena merupakan makam kedua yang memuat Pyramid Text setelah Pyramid of Unas. 



Pyramid of Teti

  


Yousef Awyan menjelaskan bahwa Serapeum bukanlah nama asli dari tempat ini. Serapeum adalah nama yang diberikan oleh bangsa Yunani Ser-apis. Sedangkan aslinya adalah Osir-Hep yang berarti "Fertility of Osiris" (Kesuburan dewa Osiris). Tulisan Osir-Hep ini terukir pada salah satu tutup dari Sarcophagus di Serapeum ini.

Hep adalah "kesuburan" yang disimbolkan dalam wujud sapi. Oleh karena inilah maka oleh EgyptologistsSarcophagus di Serapeum disebut sebagai tempat penyimpanan mumi sapi.

Sarcophagus-sarcophagus aslinya tidak memiliki ukiran apa pun padanya, namun ditambahkan kemudian. Hal ini mirip dengan gaya pembuatan The King's Chamber di dalam The Great Pyramid, di Giza, yaitu tidak berukiran dan tidak mengisyaratkan pernah digunakan sebagai makam. 

Jika aslinya tidak ada ukiran apa pun, maka ukiran nama Osir-Hep juga kemungkinan ditambahkan kemudian oleh para pendeta Mesir kuno. Sehingga, kita masih belum mengetahui keaslian nama yang sesungguhnya dari sarchopaghus ini, terlebih lagi fungsinya. Jika saya dapat meluangkan waktu lebih lama dengan Yousef, saya yakin akan banyak penjelasan yang ditawarkannya atas misteri ini.

Kita juga dapat menyaksikan adanya terowongan lain yang tidak terbuka untuk kami, Yaitu terowongan baru yang masih dalam tahap penelitian. Kita masih belum tahu luasan dan kedalaman yang pasti dari keseluruhan serapeum ini. 



30 March 2017, Dashur

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Dashur / Dashour, di sebelah Selatan dari Saqqara di Band of Peace. Ia adalah lokasi tiga piramid, yaitu Piramid Merah (The Red Pyramid) yang berwarna merah, Piramid bengkok, (The Bent Piramid) yang berwarna Putih, dan Piramid Hitam (The Black Pyramid) yang berwarna hitam.

Menurut catatan mainstream, Bent Pyramid, dibuat di masa rasa Sneferu dari Dinasti ke-4, (Old Kingdom) ayah dari raja KhufuRaja Sneferu awalnya membuat Meidum Pyramid yang hancur karena memiliki sudut kemiringan yang sangat curam. Kemudian ia memerintahkan membuat piramid kedua dengan permukaan yang licin, namun ternyata disadari kemudian masih memiliki sudut kemiringan yang sangat curam, sehingga saat dibangunnya terjadi ketidakstabilan - beban yang semakin besar menghasilkan tekanan beban ke bawah yang membuatnya sangat tidak stabil. Untuk menghindari terulangnya kegagalan piramid Meidum, para pembangun memutuskan untuk merubah sudut kemiringan menjadi lebih landai di tengah-tengah (dari 54 ke 43 derajat). Jadilah piramid dengan dua sudut kemiringan, yang sekarang dikenal dengan panggilan Piramid bengkok (Bent Pyramid).

Sneferu kecewa atas hasil pembuatan piramid kedua ini, kemudian memerintahkan untuk membuat piramid ketiga yang lebih baik, yaitu Red Pyramid (Piramid Merah). Dinamakan Piramid Merah karena terbuat dari batu limestone merah. Tidak ada yang mengetahui nama asli piramid ini. Red Pyramid berukuran hampi sebesar Piramid Kedua (Piramid Khafre) di Giza.

Menurut catatan non-mainstream dan keterangan dari Wisdom Keeper, "Sneferu" adalah kata dalam bahasa kuno Suf (bahasa yang digunakan oleh bangsa Khemit atau Mesir Kuno) yaitu Sen (= double / ganda) neffer (= harmony), sehingga Sneferu berarti Double Harmony (Harmoni ganda). Jika kita masuk ke dalam piramid ini, ada dua ruangan dengan struktur berbeda di dalamnya yang menghasilkan dua jenis suara berbeda. Perbedaan sudut kemiringan sengaja dibuat demikian (bukan karena kesalahan perhitungan saat pembangunan) untuk menghasilkan dua jenis suara berbeda, atau suara dengan dua frekuensi berbeda. Suara ini digunakan untuk menghasilkan energi tertentu dari alam. 

Sedangkan piramid Meidum bukanlah sebuah kesalahan pembangunan melainkan adanya gempa dahsyat yang menyebabkannya hancur. Meidum sengaja dibangun dengan dua warna berbeda - di atas dan di bawah. Kita masih dapat menemukan batu api (flint) di dasar piramid Meidum sekarang.

Red Pyramid memiliki 3 ruangan di dalamnya yang menghasilkan gema suara khas di setiap ruangannya. Kami masuk ke dalam dan merasakannya sendiri, melakukan meditasi dengan suara di setiap ruangannya.

Wisdom Keeper menyatakan bahwa Meidum, Bent, dan Red Pyramid ketiganya digunakan untuk penyembuhan (Healing). Di sini saya sungguh-sungguh menaruh perhatian penuh pada satu petunjuk penting; bangsa Mesir Kuno sejak dahulu mencurahkan pikiran dan tenaga, bahkan seluruh waktu mereka secara turun-temurun, generas ke generasi, untuk mempelajari dan mempraktikkan ilmu penyembuhan, baik itu penyembuhan fisik maupun non-fisik.

Mengapa suatu bangsa yang berusia sangat tua dan besar sangat menaruh perhatian mereka pada ilmu penyembuhan? Saya tidak dapat memalingkan perhatian saya dari petunjuk ini.
Catatan tambahan: 
Wisdom Keeper mengingatkan kepada kita bahwa sejarah Mesir yang kita dapati sekarang berasal dari sejarawan asal Yunani bernama Herodotus. Dan sekali lagi saya katakan bahwa bangsa Yunani bila mempelajari ilmu dari suatu daerah, akan merubah semua penamaan asli yang mereka temui ke dalam bahasa Yunani, lalu mempopulerkannya. Herodotus adalah tokoh penting dari penyimpangan sejarah Mesir Kuno. Apa yang diajarkannya tidak hanya rusak, tetapi juga banyak yang salah. Kemudian ilmu tersebut dilanjutkan oleh orang-orang lain setelahnya, menjadikan suatu yang murni semakin terpolusi seiring berjalannya waktu. 
Satu-satunya sumber pengetahuan Mesir Kuno yang dapat kita handalkan saat ini adalah dari yang mereka turunkan secara lisan, para Wisdom Keeper.


Kiri: Red Pyramid dari bawah. Tengah dan Kanan: Pemandangan dari depan pintu Red Pyramid



Pemandangan dari depan pintu Red Pyramid (Panoramic view).



Di dalam Red Pyramid
  


Di dalam dan di depan pintu Red Pyramid



Kiri: Bent Pyramid. Kanan: Black Pyramid









Pieces of Puzzle

Semakin menjelang akhir dari perjalanan ini, bagian demi begian puzzle yang saya terima semakin medekat satu sama lain, seolahnya memang mereka ingin saling didekatkan. Satu per satu pesan-pesan bermunculan, walaupun tidak berurutan, tidak linear, namun saling melengkapi sebuah gambaran besar yang mulai tampak seiring berhujungnya langkah ini.

Di Luxor, seorang anak berusia 12 tahun, anak dari salah satu peserta tour kami, menujukkan kepada saya hasil lukisan pena-nya yang membuat saya menitikkan air mata. Sebuah lukisan yang hidup dan penu rasa. Kemudian dalam perjalanan kami ke Aswan, di atas kapal ia menunjukkan buku sketsanya yang berisikan lukisan-lukisannya. Kami berbincang banyak mengenai karya seni dan makna simbol-simbol. Di Dashur ini, di dalam bus, saya bertanya kepadanya apa yang ia rasakan ketika melukis. Ia menjawab bahwa seolahnya bukan dia yang menulis, melainkan pikiran, tangan dan jarinya bergerak sendiri memanifestasikan perasaannya. 

Saya sangat paham apa yang dia ucapkan karena memang saya merasakannya juga. Dari waktu ke waktu, semakin lama semakin sering. Semakin lama saya semakin berserah diri kepada kekuatan itu. Inilah yang disebut Channeling. Channeling lebih mudah terjadi pada seorang seniman dan mereka yang memahami teknik penyembuhan. Mereka, para Penyembuh (The Healers).

Inilah sebabnya bangsa Mesir Kuno menaruh perhatian sangat besar terhadap ke-Satu-an mereka dengan seluruh alam. Bahwa kehidupan mereka haruslah selaras dengan alam. Bahwa manusia dan alam adalah SATU. Proses yang juga hasil dari kepahaman itu adalah Channeling. Channeling dengan energi illahi - dengan sifat / kualitas Tuhan adalah inti dari segalanya.

Dua hari menjelang hari akhir perjalanan kami, saya sudah mencoba menghubungi satu tokoh penting yang sudah saya niatkan untuk saya jumpai di Mesir. Kami berhubungan melalui Facebook messenger. Setelah menghabiskan langkah kami di Dashur, beliau menjawab setuju untuk menemui saya.

Saya ucapkan terima kasih kepadanya. Dia adalah salah satu dari Wisdom Keeper terakhir, Shahrzad Awyan.




Berlanjut ke Part 9


===============
Erianto Rachman


Sebagian Foto dan Video adalah hasil liputan dari Hilmy Hasanuddin.



Tidak ada komentar: