Rabu, 18 Mei 2016

The Healer

Part 3: A Healer's Tale




"Together, we make the world a better place."


Edisi 1.5 



Diharapkan membaca Part 2 terlebih dulu sebelum membaca Part 3 ini.

Saya tidak percaya pada 'kebetulan' atau kejadian acak. Semua kejadian beralasan dan by design. Hari Senin, 16 Mei 2016, saat saya menulis artikel The Healer Part 1, seorang sahabat dari Chicago bernama Bruce Cunningham (Direktur dari Ancient Mysteries International, www.ancientmysteriesinternational.net, yang bersama saya mengunjungi Gunung Padang bulan Desember 2015 lalu) menghubungi saya via Facebook messenger voice call. Bruce baru saja selesai mengikuti "The Global Pyramid Conference" di Chicago selama tiga hari. Banyak tokoh penting dunia hadir dalam konferesi itu, termasuk DR. Carmen Boulter (yang juga bersama saya mengunjungi Gunung Padang).

Dan ia seperti tidak sabar untuk segera menghubungi saya. kira-kira begini bunyinya setelah saya terjemahkan dan dipersingkat;
Bruce: "Eri, Presentasi dari Carmen sangat menakjubkan! Kamu harus mengetahuinya!" 
Saya: "Ceritakanlah, Bruce!" 
Bruce: "Carmen mengungkapkan teorinya mengenai hieroglyph Mesir yang ternyata adalah simbol-simbol untuk energi-energi khusus di alam." 
Saya: (Takjub) "What do you mean?" 
Bruce: "Piramid-piramid di seluruh dunia adalah sebuah mesin! Healing Machines! Fungsi struktur-struktur itu adalah untuk menjaga kestabilan bumi (alam) dan manusia!" 
Saya: "(Bertambah Takjub... otak saya berkecamuk dengan pertanyaan, 'mengapa kau menelpon saya lalu mengatakan hal ini di hari ini, eh??") "Bruce, to heal what? and how?" 
Bruce: "Untuk menjaga agar bumi stabil dan seimbang, serta untuk menjaga tingkat kesadaran manusia di bumi. Kau masih ingat kan diskusi kita mengenai Piramid sebagai alat untuk membantu mempertahankan kesadaran manusia?" 
Saya: "Ya Ingat, seperti yang diulas oleh Carmen di dalam The Pyramid Code!"  
Bruce: "Persis! Carmen menegaskan, sekelompok orang di dunia ini sedang menjalankan misi untuk membangun dan melestarikan piramid di dunia. Dan satu tempat yang HARUS mendapat perhatian lebih adalah Indonesia! Indonesia adalah tempat yang paling membutuhkan sangat banyak piramid, karena indonesia adalah pertemuan tiga pelat tektonik bumi, menjadikan Indonesia sangat rentan!" 
Saya: "Jika memang demikian, maka sudah ada banyak piramid yang dibangun di Indonesia oleh para manusia kuno terdahulu!" 
Bruce: "Ya! tetapi sudah banyak yang rusak dan harus diperbaiki bahkan dibangun lebih banyak lagi. Dan usaha ini jugalah yang dilakukan oleh mereka terdahulu!"
Saya: "Bruce, kata kunci yang saya dapatkan darimu adalah "Pyramids are Healing Machines! Ini sangat menakjubkan, karena saya sedang menulis artikel mengenai Healing!"
Bruce: "Divine timing, my friend. This is definitely one of those Divine Timing moments! Kamu harus menonton film Carmen yang terbaru nanti, The New Atlantis! Semuanya akan dipaparkan di situ!"

Well, otak saya memang berkecamuk akan panggilan telepon dari Bruce itu. Saya ingin menyinggung mengenainya di tulisan saya ini. Namun sebelumnya saya akan meneruskan dari Part 2 terlebih dahulu.

~~~~~~~~~~~~~~


Connecting to The Field

Setelah kita memahami akan gelombang elektromagnetik yang menjadi penghantar bahasa alam, bagi yang cukup jeli akan kembali bertanya; bagaimana gelombang elektromagnetik merambat? Untuk menjawab ini, kita kembali ke awal tulisan saya. Gelombang elektromagnetik membutuhkan medium untuk merambat. Medium ini tidak lain adalah ruang (space) itu sendiri. Lalu apakah ruang itu? Bagaimana karakteristiknya? 

Kita sudah sangat terbiasa dengan ruang yang menjadi tempat hidup kita sehingga kita tidak pernah merasa terusik untuk mempertanyakan hal ini; apakah ruang itu? Seperti ikan yang tidak pernah tahu apakah air itu.

Silakan membaca artikel saya yang berjudul "Braneworlds", dijelaskan bahwa ruang tempat seluruh alam semesta ini eksis adalah berupa membrane 3 dimensi-ruang. Dan semua partikel di alam ini eksis pada membran ini. Pertikel-partikel bergerak dan bergelombang, merambat pada membran ini. Jika semuanya merambat pada membran yang sama, maka semuanya saling terhubung. Baik energi maupun materi semuanya terhubungkan secara langsung melalui membran yang sama.

Lebih dalam lagi, membran 3 dimensi ini juga eksis pada sesuatu yang lebih mendasar. Sesuatu yang tetap dan tidak bergerak. Seperti rangka konstruksi yang kokoh menjadi tempat bergantungnya semua obyek, semua membran di keberadaan ini. Rangka itu adalah membran tanpa dimensi-ruang. Ilmuwan String/M-Theory menyebutnya sebagai "Zero Brane", (Brane adalah kependekan dari Membrane). Oleh karena ia tidak memiliki dimensi-ruang maka ia dapat dibayangkan berupa titik saja, seperti grid yang menjadi bahan baku ruang dan waktu. Saya ingin mengatakan grid yang 'membentang', namun saya harus berhati-hati karena kata membentang artinya memerlukan ruang untuk eksis. Sedangkan zero-brane adalah alasan keberadaan ruang, bukan sebaliknya. Ia tidak memerlukan ruang dan waktu untuk eksis karena ia-lah penyebab keberadaan ruang dan waktu itu sendiri. Manusia tidak akan mampu membayangkan karakteristik dari zero-brane ini.

Sebagian menyebutnya "Zero Point Field (ZPF)", atau "The Field". Sebagian lagi menyebunya "Divine Matrix" atau "Matrix". Saya akan menggunakan ZPF di dalam tulisan ini. Sebenarnya saya ingin mengusik anda untuk bertanya dan berani mengkaitkan antara ZPF ini dengan ketuhanan. Sifat ZPF yang tidak terbelenggu ruang dan waku melainkan menjadi penyebab terbentuknya ruang dan waktu. Maka ZPF tidak berawal dan tidak berakhir. ZPF yang menjadi zat bergantungnya semua obyek di alam semesta ini, sesungguhnya adalah Tuhan itu sendiri.

Di dalam tulisan saya "Cosmic Religion", saya telah mencoba menjelaskan dengan bahasa yang terbatas mengenai Zat Tuhan itu, dan eksistensi ciptaan-Nya. Seluruh alam ini eksis di dalam Tuhan. Seluruh alam ini eksis di dalam benak Tuhan. 
  • The Principle of Mentalism (Prinsip Kebatinan)
"The universe is mental in the mind of God."  
Seluruh alam semesta ini berada di dalam mental/batin Zat Yang Maha Esa, Tuhan. Tuhan adalah tempat/medium dimana alam semesta ini eksis. Alam semesta adalah proyeksi dari sebuah Kehendak. Tuhan mem-batin akan keberadaan suatu alam semesta beserta seluruh isinya, maka terciptalah alam itu di dalam batin-Nya. Dan karena Tuhan adalah Satu yang Nyata, maka apa yang diproyeksikan-Nya adalah semu bagi-Nya. 

Membran atau ruang ini senantiasa bergerak dan bergetar. Sesuatu yang bergerak menghasilkan energi. Dari mana membrane mendapatkan energi? Adalah dari ZPF itu sendiri yang menjadi tempat eksistensinya. Energi yang tersimpan di balik membrane - ZPF - sangatlah besar dan tak terbatas jumlahnya. Energi ini adalah energi alam semesta. Energi Tuhan. Kebudayaan China menyebutya "Qi " atau "Chi". India menyebutnya "Prana". Jepang menyebutnya "Ki".

Adapun demikian, karena sebagian besar orang tidak memahami karakteristik dari ruang, maka mereka tidak memikirkannya. Namun pengetahuan mengenai ini sudah ada sejak zaman sangat lampau. Kita bicara mengenai zaman dimana Thoth masih berwujud nyata sebagai dirinya sendiri yang asli di muka bumi ini.
(Baca mengenai Thoth di tulisan saya yang berjudul "The Magician, Part 1, 2, 3")

Yang harus dipahami oleh seorang penyembuh adalah energi ZPF ini dapat diakses melalui gelombang elektromagnetik. Dan seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, keterhubungan antara partikel harus dalam kondisi khusus yang disebut Quantum Coherent. Dengan kalimat lain, seorang penyembuh harus Attuned dengan seluruh alam semesta. Attunement adalah peristiwa keselarasan frequency suatu obyek dengan obyek lainnya; manusia dengan manusia, juga manusia dengan alam semesta. Jika keselarasan sudah terjadi, seseorang dapat mengakses energi alam semesta ini.

Mengapa kita memerlukan energi alam semesta? Karena seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, energi eksternal diperlukan untuk menjaga keseimbangan.

Seorang yang sedang sakit adalah seorang yang sistem regulasi photon-nya tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Sekali lagi perlu saya ingatkan, photon dan energi adalah sama. Karena photon adalah boson untuk forsa elektromagnetik. Forsa atau Force (gaya) berkaitan dengan energi.

Tubuh yang sakit memancarkan atau kehilangan photon dalam jumlah yang besar tanpa dapat diimbangi dengan penyerapan photon kembali. Penyembuhan adalah proses memberikan photon dari sumber eksternal dalam jumlah yang cukup kepada pesakit sehingga terjadi keseimbangan (equilibrium) photon di dalam tubuhnya. Bila diperlukan, tindakan ini dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu (terapi) sampai kondisi pulih. Kondisi pulih artinya sistem regulator photon kembali berfungsi normal dan dapat bekerja sendiri tanpa harus dibantu dari sumber eksternal.

Memberikan bantuan photon dari sumber eksternal ini adalah memberikan energi alam semesta kepada pesakit. Maka, adalah sangat penting bagi Sang Penyembuh untuk senantiasa terhubung selaras (attuned) dengan frequency dari sumber energi alam semesta ini - ZPF. 

Setelah Sang Penyembuh terhubung dengan alam, yang tidak kalah pentingnya adalah si pesakit juga harus terhubung dengan alam. Proses penyembuhan berkerja di dalam satu sistem. Alam, Penyembuh dan Pesakit ketiganya harus berada di dalam satu sistem. Ketiganya harus berada dalam keselarasan yang sama. Ketiganya harus dalam kondisi attuned. Peranan Sang Penyembuh adalah membawa si pesakit untuk berada di frequency yang sama dengan penyembuh.

Sering sekali kita menyaksikan jika ada kerabat yang sedang sakit, kerabat lain datang menjenguknya. Namun tanpa disadari, penjenguk justru menyamakan rasanya dengan si pesakit. Seperti ikut merasa sakit, ikut merasa sedih dan susah, bahkan mendoakan / berucap agar lekas sembuh. Hal ini adalah menyamakan frequency dengan si pesakit, yang sangat bertentangan dengan tujuan dari penyembuhan. Proses penyembuhan harus dilakukan dengan membawa si pesakit ke level frequency yang sama dengan orang sehat!

Apa pun jenis penyakit yang diderita sang pesakit tidaklah relevan. Tidak ada kondisi yang baik atau buruk. Semua itu sama. Sang Penyembuh tidak pernah menghakimi suatu kondisi. sang Penyembuh tidak pernah menghakimi penyakit. Penyakit adalah sel-sel tubuh yang mis-bahaved (berperilaku tidak biasanya) sehingga keseimbangan tidak terjadi. Itu saja. Sang Penyembuh akan accept, menerima, pasrah, dan berserah diri secara total pada Tuhan untuk segala kondisi yang dihadapinya, juga yang dihadapi orang lain. 

Sang Penyembuh adalah seorang yang sudah mencapai tingkat kesadaran tertentu, yang cukup untuk menghasilkan medan elektromagnetik yang akan membawa ketiga komponen berada di dalam satu sistem; yaitu dirinya sendiri, si pesakit, dan alam semesta.

Sang Penyembuh bertindak dalam kondisi nol, tepat di tengah. Di titik tengah adalah tempat Kesadaran illahi berada, yang disebut God's Consciousness (Kesadaran Tuhan), Divine Consciousness (Kesadaran illahi), atau Super-Consciousness.

Bagaimana membawa pesakit untuk selaras dengannya? Adalah dengan menghasilkan rasa dari tingkat kesadarannya - seperti yang sudah saya paparkan di Part 2 artikel saya ini - untuk kemudian merubah frequency si pesakit - untuk memiliki rasa yang sama dengan Sang Penyembuh; yiatu rasa damai, tenang, pasrah, dan total surender.

Pesakit hanya butuh diselaraskan untuk memiliki rasa yang sama, dan tidak harus juga memiliki kesadaran atau keyakinan ketuhanan yang sama. Akan tetapi jika memungkinkan disamakan ke tingkat kesadaran yang tertinggi, proses ini akan semakin baik dan cepat.

Masih ingat pertanyaan ini;
Apakah medan elektromagnetik yang kita hasilkan dapat dikontrol dan diarahkan?

Jawabannya adalah, Ya.



Global Healing

Sebuah kisah dari masa lalu.

Pemanfaatan energi alam semesta tidaklah sebatas untuk penyembuhan orang lain dari sakit yang dideritanya, melainkan jauh lebih luas dari itu. Kepada hewan, tumbuhan, dan seluruh alam. Sang Penyembuh mampu berkomunikasi dengan semua ciptaan Tuhan, dalam bahasa universal, yaitu rasa.

Seorang Penyembuh adalah seorang yang memiliki tingkat kesadaran tertinggi. Ia menyadari dan mengetahui akan kebenaran yang hakiki. Medan elektromagetik yang dihasilkan dari tingkat kesadaran itu mempengaruhi alam, membentuk alam, merekonstruksi alam sesuai rasa-nya. Dan menerima pesan-balik (feedback) dari alam akan kondisi alam tersebut.

Bumi sedang bergerak turun dari zaman Golden Age menuju Silver Age. Manusia sedang mengalami ketergelinciran tingkat kesadaran dan bumi sedang diambang bencana alam besar.

Sang Penyembuh memahami rasa alam dan kondisi alam ini. Ia prihatin dan tergerak untuk melakukan sesuatu. Maka ia kumpulkan Para Penyembuh lainnya ke dalam satu jaringan kesadaran illahi, dan menjadikan sebuah pergerakan, membangun struktur-struktur besar di seluruh penjuru bumi. Sruktur-struktur ini membentuk jaringan kesadaran illahi yang menguatkan energi alam semesta guna menjadi peredam kekuatan perubahan. Bukan mencegah, namun cukup meredam agar tidak terlalu parah. Jaringan kesadaran illahi global ini juga berlaku pada tingkat kesadaran manusianya. Sedapat mungkin diredam agar tidak jatuh terhempas terlalu keras dalam ketergelinciran ini.

Struktur-struktur inilah Healing Machines. Di Mesir disebut Per-Neter. Kita menyebutnya Piramid. Dan Para Penyembuh adalah The Ascended Masters.

~~~~~~~~~~~~~~

Dapatkah manusia di masa ini melakukan Global Healing? Ya.

Sebuah eksperimen paling berani telah dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dunia. Eksperimen ini dinamakan "International Peace Project in the Middle East". Anda bisa membaca abstract-nya di sini: http://jcr.sagepub.com/content/32/4/776.abstract. Tetapi anda harus membayar sejumlah uang untuk men-download dan membacanya laporan lengkapnya.

Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efek dari rasa positif pada lingkungan yang negatif. Eksperiment ini dilakukan pada tahun 1983 di Timur Tengah, khususnya negara Israel dan Lebanon yang saat itu sedang bertikai. Situasi sangat tegang dan panas di kota-kota kedua negara tersebut. Kejahatan yang disebabkan oleh hal-hal kecil sering terjadi. Israel dan Lebanon dikemeluti energi negatif yang mempengaruhi emosi dan perilaku manusia ke arah kekerasan.

Sejumlah relawan dikumpulkan dan diberi pengarahan untuk memiliki rasa-rasa bahagia, tenang, cinta-kasih, dan rasa-rasa positif lainnya. Lalu relawan-relawan itu ditugaskan untuk berada di tengah-tengah masyarakat di daerah konflik panas tersebu dengan membawa rasa-rasa positif tadi. Dengan memanfaatkan "Collective Consciousness", harapannya adalah terjadi perubahan positif dalam masyarakat, yaitu menurunnya ketegangan, kejahatan, stress, kecelakaan, kebakaran. Juga meningkatnya sentimen positif, gairah hidup dan kualitas hidup. 

Dalam kurun waktu dua bulan, yaitu Agustus dan September 1983, hasil positif dapat  segera dirasakan. Dan dengan menambah jumlah relawan, kondisi semakin baik lagi.
Abstract
This prospective social experiment tests a new theory and technology for alleviating violent conflict through reducing societal stress in an underlying field of “collective consciousness.” It was predicted that group practice of the Maharishi Technology of the Unified Field (the Transcendental Meditation and TM-Sidhi program) during August and September, 1983, in Jerusalem, would reduce stress in the collective consciousness and behavior of Israel and Lebanon. Box-Jenkins Arima impact assessment, cross-correlation, and transfer function analyses were used to study the effects of changes in the size of the group on several variables and composite indices reflecting (a) the quality of life in Jerusalem (automobile accidents, fires, and crime), (b) the quality of life in Israel (crime, stock market, and national mood, derived from news content analysis), and (c) the war in Lebanon (war deaths of all factions and war intensity, derived from news content analysis). Increases in the size of the group had a statistically significant effect in the predicted direction on the individual variables and on all composite quality-of-life indices. The effects of holidays, temperature, weekends, and other forms of seasonality were explicitly controlled and could not account for these results. Cross-correlations and transfer functions indicated that the group had a leading relationship to change on the quality-of-life indicators, supporting a causal interpretation. 
(http://jcr.sagepub.com/content/32/4/776.abstract)

Eksperimen ini membuktikan Collective Consciousness (Kesadaran Kolektif) dapat mempengaruhi kondisi psikologis suatu masyarakat. Hal ini juga membuktikan keberadaan jaringan kesadaran di alam yang menghubungkan seluruh manusia.

Lebih dari itu, eksperimen ini juga menghasilkan hal lain yang tak kalah hebatnya. Yaitu bahwa jumlah relawan berbanding dengan jumlah populasi yang dipengaruhinya dapat dihitung dengan formula ini:





Formula di atas berbunyi; Jumlah relawan (volunteer) yang ingin dipengaruhi oleh Kesadaran Kolektif membutuhkan jumlah relawan sebanyak akar 1% dari jumlah target populasi itu.

Mari kita gunakan formula di atas;

  • Berapa orang relawan yang dibutuhkan untuk mempengaruhi kesadaran 100 orang? Jawabannya adalah 1 orang. 
  • Berapa orang relawan yang dibutuhkan untuk mempengaruhi kesadaran 1,000 orang? Jawabannya adalah 4 orang.

  • Sekarang, untuk menjawab bisakah kita melakukan global healing? Jika populasi bumi saat ini terhitung adalah 7,000,000,000 (7 milyar) orang, maka diperlukan 8,367 orang relawan untuk melakukannya!

Maka jawablah pertanyaan tadi, bisakah kita melakukan Global Healing?
Jawabannya sekali lagi, Bisa!

8,367 orang relawan yang dibutuhkan itu bukanlah angka yang besar. Ambillah 100 negara di dunia. Jika setiap negara tersebut mengerahkan 90 orang relawan, maka akan terhimpun 9,000 orang. Jumlah ini sudah melebihi dari yang dibutuhkan.

Hanya memerlukan 90 orang relawan dari setiap negara untuk melakukan Global Healing!

Melakukan global healing seperti ini sama bobotnya dengan apa yang dilakukan oleh para manusia kuno terdahulu. Kita mungkin tidaklah harus membangun piramid, namun kita memiliki kemampuan kesadaran kolektif untuk merubah dunia menjadi lebih baik, damai, penuh cinta-kasih dan semua orang bekerja demi kemanusiaan. Menahan laju pertumbuhan penduduk, meniadakan polusi, menghormati dan memperbaiki alam, dan lain sebagainya.

Yang kita butuhkan adalah berlatih untuk meningkatkan kesadaran, lalu membangkitkan rasa murni yang positif ke seluruh penjuru alam. Rasa tenang, bahagia, menerima, cinta, kasih, syukur, iba, dan lainnya. Alam dan seluruh makhluk akan bertransformasi sesuai grand design kesadaran kolektif, melalu jaringan kesadaran illahi yang nyata.

Ini akan menjadi sebuah monumen penting dalam sejarah manusia.
We are all Healers!

A Healer's Tale
Kisah Sang Penyembuh

Sang Penyembuh telah melalui perjalanan panjang hidupnya selama puluhan tahun. Masa kecilnya tidaklah seperti anak-anak lain dan telah mengalami tempaan hidup sejak kecil. Hal ini membuatnya menjadi lebih cepat dewasa dan matang. Menginjak usia dewasa ia didera cobaan hidup yang berat.

Namun seperti mendapat bimbingan malaikat, Ia tetap tabah dan sabar. Ini adalah kualitas hatinya yang membuatnya kuat menjalani hidup. Walaupun sulit, ia tetap merasa bersyukur akan apa pun yang dihadapinya, Yang kemudian menggiringnya mengalami taubah. Dan Tuhan membimbingnya menempuh jalan spiritual. 

Pengetahuan illahi didapatnya dari seorang sahabat yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Setelah beberapa tahun pembelajaran ditempuh, ia pun siap menerima pengajaran terakhirnya.
Ia bertanya, "Apa yang harus aku lakukan untuk menerima pengetahuan ini?" 
Sahabat menjawab, "Cintailah aku apa adanya."
Sang anak duduk bersimpuh di samping sahabat dan menerima pesan-pesan terakhirnya. Pengetahuan Tuhan hanya datang melalui cinta. Cintailah Tuhan, maka pengetahuan-Nya itu akan datang padamu.
Di setiap nafasnya ada Tuhan. Dia pun bertindak dan bergerak bersama Tuhan.
Dia telah memahami dan memiliki Kesadaran Tuhan.
Dia telah menjadi Sufi sejati.
"Tuhan adalah Satu. Tidak ada Tuhan selain Tuhan. Tuhan itu Aku, dan Aku adalah Tuhan. Keberadaan Tuhan adalah Aku, dan Akulah keberadaan Tuhan. Manunggal. Sempurna. Tidak ada keraguan. Tidak ada kepalsuan. Hanya Tuhan yang nyata. Aku yang nyata."

Hidupnya didedikasikan sepenuhnya untuk menolong sesama, memelihara alam, dan menyebarkan pengetahuan Tuhan kepada manusia. Ia sampaikan ayat-ayat illahi, kebenaran hakiki tanpa tabir, dalam kemerdekaan sempurna.

Dialah The Healer, Sang Penyembuh, Sang Penyampai Pesan, Kekasih Tuhan, yang memancarkan cahaya kasih Tuhan kepada semua makhluk. Banyak orang yang telah disentuhnya menitikkan air mata syukur dan bahagia. Mereka tertunduk menangis bersyukur telah mengenalnya. Hati mereka menjadi bersih dan halus. Rasa menjadi murni bersamanya. Ia sampaikan kisah kasih Tuhan kepada khalayak ramai. Ia lantunkan senandung syair-syair Tuhan sehingga menenangkan dan menenteramkan banyak hati yang mendengarnya.

Suatu malam ia mendapatkan bisikan halus ke dalam nurani. Bisikan yang berbunyi ucapan terima kasih dari Tuhan yang telah diagungkannya di hadapan manusia. Yang telah membuat Tuhan bercahaya di muka bumi. Yang cahayanya menjadi sangat terang menerangi kalbu-kalbu yang gelap. Membuka tabir kepalsuan, membebaskan mereka dari penjara ilusi, dan memurnikan pancaran cahaya-Nya.

Ia adalah insan yang dirindui Tuhan.

Cintanya adalah cinta Tuhan. Jumlahnya bagaikan setetes air yang menjelma menjadi seluruh air di semua samudera di bumi. Tak terhingga, Tak terbatas, Tak terkata. Membasahi setiap jengkal ruang di bumi.

Sang Penyembuh telah mengukir prasasti di batu abadi yang menjadi penanda telah dimulainya sebuah pergerakan kesadaran spiritual. Dia mengajakmu untuk bergabung bersamanya. Dia mengajakmu untuk menorehkan namamu pada batu yang sama. Untuk terlibat dalam jaringan kesadaran illahi. Untuk menolong sesama, memelihara alam, dan membuat dunia ini menjadi lebih baik.
Dan yang terutama, adalah menghadirkan Tuhan di antara kita.

Inilah kisah dan pesan dari Sang Penyembuh.
The Healer, she is.


===============
ER
  

1 komentar:

firmanmontel08@gmail.com mengatakan...

Rahasia dibalik tabir/hijab
Aku & sang Aku...
(Rahasia Tunggal)
Tiada suara,tiada kata...
Jumeneng kelawan piyambak.

Rahayu Sagung dumadi.
Master.